deep learn

Transformasi kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan tinggi sedang mengubah cara siswa belajar dan pendidik mengajar. Mulai dari memberikan pengalaman belajar yang dipersonalisasi hingga umpan balik instan, AI membuka pintu baru untuk pengalaman pendidikan yang ditingkatkan.

Studi terbaru menekankan manfaat AI dalam pendidikan. Sebuah tinjauan sistematis dari tahun 2016 hingga 2022 atas 138 artikel mengungkapkan kemajuan signifikan dalam aplikasi AI dalam pendidikan tinggi. Aplikasi ini termasuk penilaian, prediksi, bantuan, tutor pintar, dan pengelolaan pembelajaran siswa, menekankan peran transformatif AI. Para sarjana telah melaporkan kemampuan AI untuk menyesuaikan instruksi dengan tipe pembelajar, memberikan umpan balik yang disesuaikan, mengembangkan penilaian, dan memprediksi keberhasilan akademis.

Namun, integrasi ini membawa kekhawatiran tentang de-skill. Seperti yang ditekankan dalam paper diskusi Gabi Reinmann tahun 2023, istilah “de-skill” merujuk pada potensi pengikisan kompetensi manusia, sebuah subjek yang, meskipun belum banyak dieksplorasi dalam konteks AI di universitas, semakin penting. Seperti dalam sektor-sektor seperti kedokteran dan keuangan, di mana ketergantungan pada AI dan otomatisasi telah mengakibatkan penurunan keterampilan langsung dan pengetahuan domain, ada risiko di pendidikan tinggi juga. Penggunaan yang ekstensif dari AI bisa mengurangi pemikiran kritis, pemecahan masalah kreatif, dan keterampilan penting lainnya.

Selain itu, pertimbangan etis, seperti bias potensial dan kekhawatiran privasi dalam sistem AI, menambahkan lapisan kompleksitas lain dalam lanskap pendidikan yang berkembang pesat ini. Mengingat tantangan etis ini, bagaimana kita memastikan bahwa alat AI digunakan secara bertanggung jawab dan inklusif di pengaturan pendidikan?

Memperkenalkan Kerangka ‘Deep Learn’

deep learn
Sumber: NASSCOM Community

Untuk menavigasi lingkungan akademik yang dipenuhi AI ini, saya mengusulkan kerangka “deep learn”. Akronim tersebut adalah: discover, engage, evaluate, probe, link, expand, adapt, reflect, navigate. Ini lebih dari sekadar seperangkat panduan; itu adalah pola pikir untuk berinteraksi dengan AI secara berpikir, kritis, dan etis. Setiap elemen memiliki tujuan pembelajaran dan latihan praktis untuk siswa.

  • Discover: Mendorong Eksplorasi
    Siswa menggunakan AI untuk mengungkap area studi, penelitian, dan minat. Misalnya, siswa dapat menggunakan AI untuk menjelajahi tren-tren baru dalam bidang mereka, mengumpulkan berbagai perspektif, atau mengungkap data historis yang relevan dengan studi mereka.
    • Engage: Mendorong Interaksi Bermakna
      Melampaui kueri pasif dan aktif terlibat dengan AI sebagai mitra pembelajaran. Siswa dapat menggunakan AI untuk mensimulasikan skenario dunia nyata atau berpartisipasi dalam diskusi yang didorong oleh AI tentang topik yang kompleks.
    • Evaluate: Mendorong Penilaian Kritis
      Siswa dapat menilai kritis informasi yang dihasilkan AI untuk akurasi, bias, dan relevansi. Siswa dapat membandingkan respons AI dengan penelitian yang sudah mapan untuk mengidentifikasi perbedaan atau konfirmasi, meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka.
    • Probe: Mendorong Penyelidikan Mendalam
      Siswa memahami perlunya mengajukan pertanyaan lanjutan dan menyelidiki lebih dalam tentang subjek untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif. Siswa dapat menggunakan AI untuk mengeksplorasi aspek-aspek suatu topik, bertanya pertanyaan secara iteratif berdasarkan respons awal AI untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam.
    • Link: Menghubungkan Wawasan AI dengan Konsep Akademis
      Menyoroti pentingnya mengintegrasikan wawasan AI dengan akademik. Siswa dapat menarik paralel antara informasi yang dihasilkan AI dan konsep teoritis dari kursus mereka, memperkuat pemahaman holistik dan mendapatkan wawasan tentang implikasi praktisnya.
    • Expand: Memperluas Cakrawala Intelektual
      Siswa dapat menggunakan AI untuk menjelajahi perspektif dan ide di luar pemahaman mereka saat ini. Siswa dapat menggunakan AI untuk menghasilkan solusi kreatif untuk sebuah proyek atau untuk memahami perspektif global tentang isu-isu lokal. Misalnya, siswa dapat menggunakan AI untuk menganalisis forum diskusi dan media sosial dari budaya yang berbeda untuk meningkatkan kurikulum multikultural.

    Kerangka ini menetapkan dasar bagi siswa untuk berinteraksi dengan AI secara multiaspek dan bertanggung jawab, mengatasi potensi besar dan tantangan yang melekat dari AI dalam pendidikan. Kita juga harus membayangkan sebuah jalan yang tidak hanya mengadopsi prinsip-prinsip ini tetapi juga aktif membentuk peran AI dalam meningkatkan hasil pendidikan dan mempertahankan keterampilan manusia yang penting.

    Cara Maju untuk AI dalam Pendidikan Tinggi

    deep learn
    Sumber: Unsplash

    Mengakui tantangan ini membuka jalan bagi pendekatan seimbang terhadap peran AI dalam pendidikan tinggi. Fokus harus beralih ke arah model yang memanfaatkan potensi AI untuk memperkaya pengalaman belajar, sambil juga secara aktif melawan risiko de-skill. Hal ini memerlukan penggunaan AI dengan cara yang melengkapi dan meningkatkan kemampuan manusia (bukan menggantikannya). Kita membutuhkan hubungan kolaboratif antara kecerdasan manusia dan mesin.

    Secara praktis, ini berarti pengaturan pendidikan di mana AI dimanfaatkan untuk perjalanan belajar yang dipersonalisasi, sambil juga merangsang keterlibatan aktif dan kritis dari para pembelajar. Pendidik dan institusi harus memprioritaskan keterampilan yang tidak dapat direplikasi oleh AI, seperti empati, penilaian etis, dan pemecahan masalah yang nuansal. Para pembuat kebijakan dan pemimpin pendidikan dipanggil untuk mengembangkan kerangka kerja dan kebijakan yang mendukung integrasi AI yang etis, mempromosikan literasi digital, dan melindungi terhadap pengikisan keterampilan manusia yang penting.

    Selain itu, penelitian yang berkelanjutan harus bertujuan untuk memahami dampak jangka panjang AI dalam pendidikan, mengeksplorasi model pengajaran hibrida yang efektif, dan mengembangkan alat AI yang transparan, adil, dan sensitif budaya. Dengan mengarahkan integrasi AI dengan perspektif yang berpikir, berpusat pada manusia, pendidikan tinggi dapat memanfaatkan kekuatan AI sambil mempertahankan dan memelihara keterampilan yang menjadi inti kecerdasan manusia.

    Sumber:

    • Artificial Intelligence in Higher Education: The State of the field
    • How generative AI like ChatGPT is pushing assessment reform
    • Three ways AI can support student success and well-being
    • The ‘deep learn’ framework: elevating AI literacy in higher education

    Penulis: Bunga Melssa Maurelia

    Leave a Comment